
JAKARTA--Bank Indonesia (BI) menyatakan pembobolan dana nasabah di Bali, tidak hanya menimpa Bank Central Asia (BCA). Enam bank sudah melaporkan kejadian ini ke BI, dengan total kerugian miliaran rupiah. Pelaku diduga jaringan internasional. Masyarakat dihimbau tetap tenang. ''Enam bank sudah melaporkan. BCA, (Bank) Mandiri, BNI, BRI, (Bank) Permata, dan BII. Semuanya di Bali,'' ujar Deputi Gubernur Bidang Pengawasan BI Budi Rochadi, Rabu (20/1) petang. Total kerugian enam bank ini belum bisa dipastikan.
Dari satu bank yang sudah berkoordinasi dengan BI, sebut Budi, terpantau pembobolan terjadi di 13 lokasi ATM di Bali. ''Di satu bank, yang sudah dilaporkan ada 236 rekening (yang diduga dibobol) dengan kerugian Rp 4,2 miliar,'' kata dia.
Budi mengatakan pembobolan ini menggunakan kombinasi metoda skimming, taping, dan pengintipan. Alat yang dipakai kemungkinan tidak hanya satu.
Laporan pertama pembobolan ini, sebut Budi, diterima 16 Januari 2010. Menurut Budi, sebagian nasabah langsung melapor ke Polisi dan sebagian yang lain melaporkan pembobolan ini ke pihak bank.
Berdasarkan metoda yang dipakai, ujar Budi, pelaku diduga merupakan jaringan internasional. Karena, kata dia, metoda ini sebelumnya sudah pernah terjadi di negara yang menggunakan mata uang dolar Amerika dan Euro.
Indikasi jaringan internasional ini juga terendus dari pilihan lokasi di Bali. ''Ini hanya pindah lokasi, setelah satu tahun terakhir tak terjadi lagi di negara yang sebelumnya,'' ujar dia.
Budi mengatakan BI langsung berkoordinasi dengan keenam bank ini. Rabu (20/1), BI sudah bertemu dengan tiga bank. Salah satunya adalah BCA. Sementara tiga bank lain, akan bertemu BI, Kamis (21/1).
Menurut Budi, dalam kasus ini BI sudah mendapatkan komitmen dari bank mengenai penggantian kerugian nasabah. ''Ini tidak seluruhnya kesalahan nasabah. Ini akan menjadi kerugian bank, bukan kerugian nasabah,'' ujar dia.
Meski ada kejadian ini, Budi mengimbau nasabah perbankan tetap tenang tetapi sembari meningkatkan kehati-hatian. Pihak bank pun sudah diminta meningkatkan pengamanan penggunaan ATM dan mesin elektronik data capture (EDC).
''Ini akan mendorong penggunaan chip untuk kartu debet, menggantikan teknologi magnetik yang ada saat ini,'' kata Budi. Penggunaan chip ini sudah diterapkan untuk kartu kredit, tetapi belum diatur untuk kartu debet termasuk ATM. BCA, ujar Budi, sudah menyatakan akan segera melakukan migrasi ini.
Nasabah perbankan pengguna kartu ATM, disarankan melakukan beberapa langkah kehati-hatian. Seperti penggantian Personal Identification Number (PIN) secara berkala. Juga, saat mengisi PIN disarankan menutupi jari yang menekan tombol keypad ATM.
Bahkan Budi menyarankan pengguna ATM 'sengaja' melakukan transaksi dengan PIN salah setelah usai bertransaksi. ''Tujuannya untuk mengecoh alat skimming,'' ujar dia.
Sementara pengamanan dari perbankan, menurut Budi, salah satunya adalah dengan menambah parameter untuk bertransaksi di ATM. Selain, imbuh dia, penambahan alat penutup keypad mesin ATM. ''Itu, penutup yang agak menyulitkan kita mengisi PIN. Tapi itu untuk pengamanan,'' ujar dia.
BI, tegas Budi, juga sudah berkoordinasi dengan Badan Reserse Kriminal Mabes Polri. ''Polri langsung mengirim tim ke Denpasar untuk mengusut kasus ini,'' ujar dia.







0 komentar:
Post a Comment